KD
3.3 : Mengevaluasi dampak pembakaran senyawa hidrokarbon terhadap ligkungan dan
kesehatan serta cara mengatasinya.
Factual :
·
Hidrokarbon adalah senyawa yang
terdiri dari unsur atom karbon (c) dan atom hydrogen (H)
·
Hidrokarbon memiliki rantai
karbon dan atom- atom hydrogen yang berikatan dengan rantai tersebut
(Hidrokarbon alifatik)
·
Hidrokarbon adalah salah satu
sumber energy paling penting di bumi, penggunaan yang utama adalah sebagai
sumber bahan bakar.
·
Jumlah hidrokarbon yang diikat
pada alkena dan alkuna pasti lebih sedikit karena atom karbonnya berikatan rangkap.
Procedural :
·
Tahapan-tahapan yang dailakukan
pengelolaan senyawa hidrokarbon.
a.
Minyak bumi yang didapat dari
hasil pengeboran(mengandung hidrikarbon
50% - 90%)

-
Proses penyulingan
bertingkat dengan metode fraksionasi : metode ini dilakukan berdasarkan
perbedaan titik didih senyawa –senyawa penyusun minyak bumi atau biasa disebut
juga distilasi bertingkat.
Ketika minyak bumi difraksionasi, senyawa yang memiliki titik
didih paling rendah akan menguap dan terpisah terlebih dahulu. Setelah itu akan
disusul dengan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi. Maka dari itu senyawa hidrokarbon
yang terkandung dalam minyak bumi itu akan terpisah secara bertahap. Tiap- tiap
senyawa yang memiliki perbedaan titik didih akan ditampung dalam tempat
penampungan yang berbeda, kemudian dilakukan proses perengkahan (cracking), perengkahan
ini dilakukan untuk memecah hidrokarbon rantai panjang menjadi rantai pendek.
Sebaliknnya jika diinginkan senyawa dengan rantai yang lebih panjang maka
dilakukan proses penggabungan atau reforming.s
Konseptual :
·
Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon
(bahan fosil) membentuk karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O),
contohnya:
a.
pembakaran sempurna isooktana :



·
Pembakaran tak sempurana mengahasilkan
lebih sedikit kalor. Jadi pembakaran tak sempurna menurangi efisiensi bahan
bakar, dampak dari pembakaran tak sempurna
lainnya adalah dikhasilkannnya gas karbon monoksida (CO), yang bersifat
racun oleh karena itu pembakaran tak sempurna mencemari udara.
Prinsip :
·
Dampak pembakaran hidrokarbon
dari fraksi minyak bumi:
Pembakaran bensin yang mengandung TEL
dapat menghasilkan senyawa timbale oksida yang sifatnya tertimbun dalam mesi.
Biasanya ke dalam campuran bensin selalu ditambahkan senyawa 1,2-dibromometana
agar senyawa timbal oksida tidak tertimbun. Ketika terjadi pembakaran bensin,
senyawa timbal osida akan bereaksi dengan 1,2-dibromometana menghasilokan
senyawa yang mudah menguap. Senyawa ini akan dibebaskan diudara dan menjadi
polutan bagi udara serta akan menjadi racun jika jumlahnya melewati ambang
batas tertentu
Dampak lain dari pembakaran senyawa
ini yaitu jika pembakarannya terjadi secara tidak sempurna. Karena
kekurangan pasokan oksigen, maka senyawa yang dihasilkan dari proses
pembakarannya adalah karbon monoksida dan jalaga. Karbon monoksida (CO) yang terbentuk bersifat berbahaya karena
akan berikatan dengah hemoglobin di dalam darah. Sedangkan jelaga yang
terbentuk dapat masuk kedalam paru –paru dan meriusak system jaringan tubuh.
KD
3.4 : Membedakan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm berdasarkan hasil
percobaan dan diagram tingkat energy
Factual :
·
Perbahan entalpi (
) positif
menunjukan bahwa dalam perubahan terdapat penyerapan dan kalor atau pelepasan kalor;

·
Reaksi kimia yang melepaskan
atau mengeluarkan kalor disebut reaksi eksoterm;
·
Reaksi kimia yang menyerap
kalor disebut eaksi endoterm.
Procedural :
·
Percobaan mengetahui reaksi
eksoterm dan endoterm
-
Tujuan : mengetahui reaksi
eksoterm dan endoterm
-
Alat : tabung reaksi, rak
tabung reaksi, alat pengaduk, thermometer;
-
Bahan : NaOH, CO(NH2)2
(urea),BaCl2 ,CaCl2 , CuSO4 ,Na2S2O3
,Air (air murni)
-
Prosedur kerja:
a.
Letakan tabung reaksi dirak
tabung reaksi
b.
Ukur dan catatlah suhu air yang
akan digunakan sebagai pelarut terlebih dahulu menggunakan thermometer.
c.
Isi tiap-tiap tabung reaksi
dengan larutan yang berbeda-beda (NaOH, CO(NH2)2 (urea),BaCl2
,CaCl2 , CuSO4 ,Na2S2O3)
d.
Kemudian ukur suhu
masing-masing larutan menggunakan
thermometer
e.
Catat suhu masing-masing
larutan
f.
Jika suhu reaksi mengalami
peningkatan , maka reaksi tersebut merupakan reaksi eksoterm
g.
Jika suhu reaksimengalami
penurunan maka reaksi tersebut merupakan reaksi endoterm
-
Tabel pengamatan :
Percobaan
|
Larutan
|
Keadaan tabung
|
suhu
|
Jenis reaksi
|
1
|
NaOH
|
Panas
|
650 c
|
Eksoterm
|
2
|
CO(NH2)2
|
Dingin
|
250 c
|
Endoterm
|
3
|
BaCl2
|
Panas
|
900 c
|
Eksoterm
|
4
|
CaCl2
|
Panas
|
770 c
|
Eksoterm
|
5
|
CuSO4
|
Panas
|
900 c
|
Eksoterm
|
6
|
Na2S2O3
|
Dingin
|
260 c
|
Endoterm
|
Konseptual :
·
Reaksi eksoterm : reaksi yang
melepaskan kalor yang disretai perpindahan kalor dari system ke ligkungan (kalor dibebaskan oleh sistem ke
lingkungannya) disertai dengan adanya kenaikan suhu lingkungannya disekitar
sistem.
Contoh reaksi eksoterm adalah gamping atau kapur tohor,
CaO(s) dimasukan kedalam air.

Contoh lainnya
dalam kehidupan sehari-hari adalah membakar minyak tanah dikompor minyak dan
nyala api unggun.
Pada reaksi ini
sistem membebaskan energy, sehingga entalpi sistem akan berkurang artinya
entalpi produk lebih kecil dari pada entalpi pereaksi. Sehingga perubahan
entalpinya bertanda negatif, dapat dinyatakan sebagai berikut:
DH = HP – Hr < 0
(negatif)
·
Reaksi endoterm : reaksi yang
menyerap kalor yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem
(kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya) dan ditandai dengan adanya
penurunan suhu lingkungan dari sekitar sistem
Contohnya adalah ammonium klorida (NH4Cl)

Contoh lainnya adalah proses
fotosintesis pada tumbuhan dan asimilasi.
Pada reaksi ini sistem membebaskan energy. Oleh karena itu entalpi
sistem akan bertambah artinya entalpi produk (Hp) libih besar dari pada entalpi
pereaksi (Hr). akibatkannya perubahan entalpi merupakan selisih antara entalpi
pereaksi (Hp - Hr) bertanda positif. Perubahan entalpi ini dapat dinyatakan :
DH = HP – Hr > 0 (positif)
Prinsip :
·
Reaksi eksoterm
jika reaksi membebaskan
kalor dari sistem ke lingkungan maka entalpi sistem akan berkurang,
artinya produk lebih kecil dari pada entalpi reaksi. Karena itu entalpi
reaksinya bernilai negatif.
·
Reaksi endoterm
Jika reaksi menyerap kalor dari
ligkungan ke sistem maka entalpi sistem akan bertambah, hal ini terjadi
karena produk lebih besar dari pada entalpi reaktan. Oleh karena itu, perubahan
entalpinya bernilai positif.
KD
3.5 : Menentukan
reaksi berdasarkan Hukum Hess,dan data energy
ikatan

Factual:
·
Germain Hess
mengemukakan Hukum bahwa : “Setiap reaksi memiliki DH yang
tetap dan tidak bergantung pada jalan reaksi atau jumlah tahap reaksi “. Hal
ini berarti bahwa perubahan entalpi hanya dilihat dari keadaan awal dan akhir
saja.
·
Entalpi dapat dihitung
sekalipun tidak dapat diukur secara langsung, caranya adalah dengan melakukan
operasi aritmatika Pada beberapa persamaan reaksi yang
perubahan entalpinya diketahui.
Procedural :
·
Cara menyelesaikan soal
-
Diketahui persamaan
termokimia sebagai berikut :


Hitunglah perubahan entalpi untuk reaksi :

Jawab:




Konseptual :
·
Harga DH reaksi
dapat dihitung dengan menggunakan DH pembentukan
standar dengan rumus:
Hf
hasil reaksi -
Hf
pereaksi


Reaksi kimia pada dasarnya terdiri dari
proses pemutusan ikatan –ikatan antara atom dari senyawa yang bereaksi dan
proses pengabunga kembali dari atom –atom yang terlibat reaksi sehingga
membentuk susunan baru. Proses penggabungan ikatan membebaskan kalor sedangkan
proses pemutusan ikatan memerlukan kalor. Kalor yang diperlukan untuk pemutusan
ikatan oleh satu mol molekul gas menjadi atom – atom atau gugus dalam keadaan
gas disebut energy ikatan.
Energy rata –rata yang diperlukan untuk memperkirakan harga
perubahan entalpi suatu reaksi . dengan menggunakan Rumus :
energi
ikatan -
energi
ikatan hasil reaksi.


Prinsip :
·
Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu
angka , maka perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi)
·
jika persamaan reaksi dibalik, maka tanda perubahan entalpi
harus dibalik pula ( yaitu menjadi -DH
).
KD
3.6 : Memahami
teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan reaksi kimia
Factual :
·
Agar suatu reaksi berlangsung
maka harus terjadi tumbukan antara partikel –partikel zat pereaksi tersebut.
·
Molekul –molekul harus
mempunyai orientasi tertentu agar tumbukan efektif untuk menghasilkan reaksi
kimia
·
Pada reaksi sederhana
yaitu reaksi yang berlangsung satu tahap perubahan konsentrasi pereaksi
sebanding dengan perubahan kecepatan reaksi
·
Pada reaksi yang tidak
sederhana, tumbukan antara partikel –
partikel pereaksi tidak lagsung menghasilkan hasil akhir
Procedural :
·
Tahap – tahap berjalannya
reaksi

Tahap 1:
NO(g)+ NO(g)
NO2(g) (cepat)

Tahap 2 :
N2O2(g)+ H2(g)
NO2(g) + H2O(l) (cepat)

Tahap 3 :
3N2O(g)+ H2(g)
N2(g) + H2O(l) (lambat)

+
2NO(g)+ 2H2(g)
N2(g) + 2H2O(l) (reaksi stoikiometri)

Tiap
tahap merupakan reaksi sederhana, setiap tahap memiliki laju reaksi yang
berbeda . sering ditemukan bahwa diantara tahap – tahap reaksi dalam mekanisme
reaksi terdapat satu tahap laju yang relatif rendah. Dalam hal ini , laju reaksi
secara keseluruhan ditentukan oleh tahap yang lambat atau dengan kata lain
tahap yang paling lambat dalam satu mekanisme reaksi merupakan tahap penentu
laju reaksi.
Konseptual :
·
peningkatan konsentrasi
pereaksi dapat mempercepat laju reaksi. Peningkatan konsentrasi berarti jumlah
partikel akan bertambah pada volume tersebut dan menyebabkan tumbukan antara
partikel lebih sering terjadi. Banyaknya tumbukan memungkikan tumbukan yang
berhasil akan bertambah sehingga laju reaksi meningkat.
·
Peningkatan suhu dapat
mempercepat laju reaksi . suhu suatu sistem adalah ukuran dari rata – rata
energy kinetic dari partikel –partikel pada sistem tersebut. Jika suhu naik
maka energy kinetic partikel – partikel akan bertambah, sehingga kemungkinan
terjadi tumbukan yang berhasil akan bertambah dan laju reaksi menigkat.
·
Penambahan luas
permukaan bidang sentuh akan mempercepat laju reaksi . makin besar luas
permukaan, menyebabkan tumbukan makin banyak , karena makin banyak bagian
permukaan yang bersentuhan sehingga laju reaksi makin cepat .
·
Katalis dapat
mempercepat reaksi, katalis dapat menurunkan energy aktivasi (Ea), sehingga
dengan energy yang sama jumlah tumbukan yang berhasil lebih banyak sehingga
laju reaksi makin cepat.
Sumber : Lewis , Thinking Chemistry
Prinsip :
·
Berdasarkan teori
tumbukan , suatu tumbukan akan menghasilkan suatu reaksi jika ada energi
yang cukup . selain energi , jumlah tumbukan juga berpengaruh. Laju reaksi akan
lebih cepat, jika tumbukan antar partikel yang berhasil lebih banyak
terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar